A Town Without Seasons Review: Suka Duka Warga Hunian Sementara Yang Eksentrik

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

“A Town Without Seasons” merupakan drama kehidupan Jepang terbaru di Disney+ Hotstar. Diciptakan oleh Kankuro Kudo, drama komedi ini mungkin bukan nan mencolok di katalog platform-nya, namun sangat sayang untuk dilewatkan buat kita fans slice of life Jepang.

Mengikuti kisah unik ini melalui perspektif pandang Shinsuke Tanaka (Sosuke Ikematsu), dia adalah penulis sekaligus narator nan bakal menemani kita sepanjang 10 bagian serial. Suatu hari Tanaka pindah ke area kediaman sementara nan telah berdiri selama 12 tahun setelah musibah nan disebut sebagai ‘Nani’, musibah nan tampaknya sengaja dibiarkan misterius dalam kisah ini.

Tugas Tanaka cukup sederhana, dia hanya perlu memperhatikan apapun nan terjadi di tempat tinggal barunya tersebut. Menulis cerita, kemudian mengirimkannya pada orang nan mempekerjakaannya, dimana setiap cerita menghasilkan duit nan cukup banyak.

Setelah terlena dengan pekerjaannya tersebut, Tanaka mulai menyadari peran sesungguhnya dengan pekerjaan tersebut dan gimana kehadiriannya bisa memberikan perubahan besar pada kediaman sementara dengan penduduk nan sudah terlanjur nyaman tinggal di sana.

Ragam Kisah Karakter nan Otentik Sekaligus Eksentrik

Selain konsentrasi pada Tanaka sebagai protagonis dan narator, “A Town Without Seasons” terbentuk dari potongan kisah kehidupan setiap karakter di letak tersebut. Mulai dari Tatsuya (Taiga Nakano) nan merasa bekerja terlalu keras untuk ibu nan lebih mencintai kakaknya nan parasit.

Kemudian ada Okabe (Daichi Watanabe) nan naksir dengan gadis pendiam (Toko Miura), hingga laki-laki disable nan setiap hari keliling pemukiman sebagai masinis kereta api (Gaku Hamada), dan tetap banyak lagi kisah-kisah penduduk nan unik. Mulai dari kisah nan lucu, hingga nan cukup serius, suram, dan mengharukan. Kita tidak pernah siap dengan kemana cerita bakal membawa kita; rahasia gelap nan disturbing, tragedi nan mematahkan hati, alias sekadar cerita sepele nan jenaka.

Setiap cerita disampaikan oleh Tanaka sebagai narator dengan bahasa penulisan novel nan deskriptif, serta memberikan penjelasan pada kejadian nan susah dimengerti tanpa khayalan sang penulis. Seaneh-anehnya cerita nan disampaikan dalam setiap episode, secara berbarengan ada nilai original dan keotentikan unik slice of life Jepang.

Serial ini mempunyai cita rasa nan betul-betul niche, mungkin susah untuk bisa mencuri penonton mainstream. Namun, buat kita nan kurang lebih mengerti dan sudah terbiasa dengan pesona slice of life dan style lawakJepang, “A Town Without Seasons” bisa menjadi hidden gems nan kita syukuri untuk ditonton.

Presentasi Naskah Komedi Kehidupan nan Kreatif

Meski drama kehidupan Jepang sangat menjunjung tinggi realism dan nilai otentik, “A Town Without Seasons” menemukan formula imajinatif dalam presentasinya. Kembali mengingat bahwa konsep narasi dari serial ini adalah Tanaka sebagai pembawa cerita. Penulis mempunyai kecenderungan menyampaikan kisahnya melalui gambaran nan imajinatif dan stylish.

Serial ini berani mengaplikasikan komponen pendukung nan eksentrik untuk memberikan cita rasa komedi pada serial ini. Contohnya saja perspektif pandang laki-laki dengan imajinasinya sebagai masinis, adegannya kerap diaplikasikan dengan suara-suara kereta imajinatif nan sinkron dengan visualnya.

Yang paling kocak dan mengejutkan adalah aplikasi imajinatif Tora, kucing Tanaka nan kegemaran keliling kompleks untuk mencari makanan. Pada beberapa segmen Tora digambarkan sebagai laki-laki buncit nan jauh dari gambaran Tora si kucing gendut nan lucu. Namun seiring berjalanannya episode, kita bakal selalu menanti kehadiran Tora dengan persona manusianya nan konyol tersebut.

Beberapa kasus cerita juga tidak selalu serius. “A Town Without Seasons” mempunyai beberapa cerita nan terlihat absurd dan terlalu konyol untuk dinalar. Namun pada akhirnya tetap sukses menjadi sajian unik nan bisa membikin penonton mengelus dada sekaligus tertawa dengan ketidak-warasan nan disajikan.

Aplikasi cerita unik selalu didukung dengan aset alias presentasi visual nan secara menandai kisah eksentrik nan sedang kita simak. Meski berupaya menampilkan kisah nan dekat dengan realita, serial ini tidak takut untuk menerobos batas dalam konsep kreasi produksinya.

Perpaduan Antara Komedi, Tragedi, dan Drama Menyentuh Hati nan Seimbang

“A Town Without Seasons” merupakan kumpulan cerita dari setiap penduduk dengan kisah unik. Kemudian dinaungi dengan plot latar nan lebih besar, ialah eksistensi dari kompleks kediaman sementara tersebut.

Kadang kita dibuat tertawa, mungkin sebagaian besar dari kita juga mempunyai ekspektasi untuk tertawa memandang presentasi jenaka dari serial ini. Mulai dari pengarahan visual hingga theme song-nya. Hingga akhirnya kita menemukan beragam kisah tragedi hingga drama family nan heartwarming. Namun semuanya tetap dikemas dengan nuansa dan cita rasa unik “A Town Without Seasons” nan kuat. Mencangkup beragam cerita dengan nuansa berbeda, semuanya tetap terasa setema dalam satu naungan produksi; jenaka, chaotic,  dan sentimental.

Secara keseluruhan, “A Town Without Seasons” tetap tergolong sebagai tontonan nan ringan. Gaya penceritaan Tanaka tidak dramatis. Membuat tone dari setiap cerita terasa sama, keluar dari mulut Tanaka. Karena Tanaka sendiri tidak digambarkan sebagai pemuda condong netral dan plegmatis. Namun rupanya juga mempunyai idealismenya sendiri serta sentimen pada orang-orang baik nan berinteraksinya dengannya.

Meski bukan latar letak paling indah, apalagi lebih menunjukan kelusuhan dan kekumuhan, latar cerita secara berangsur-angsur bakal hidup dalam hati penonton. Karena dari awal kita menyimak cerita dari perspektif pandang Tanaka, kita juga mulai merasakan sentimen pada ‘utopia’ nan diyakini olehnya. Sebelum kita menyadari, setiap momen dan kumpulan kisah penduduk dalam setting tersebut telah membikin kita menganggap letak tersebut sebagai rumah kita juga.

Selengkapnya
Sumber Review Movie Terbaru
Review Movie Terbaru