The Taste Of Things: Kuliner Prancis & Period Drama Romantis

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

“The Taste of Things” adalah movie Prancis nan disutradarai oleh Tran Anh Hung. Film period drama berlatar di Prancis 1889 ini dibintangi oleh Juliette Binoche dan Benoit Magimel.

Ini adalah kisah cinta antara Dodin Bouffant, seorang pecinta kuliner nan masyhur, dengan ahli masak handalnya, Eugenie. Meskipun sudah 20 tahun bersama, Eugenie lebih memilih menjadi ahli masak Dodin daripada menjadi istrinya. Sama-sama punya passion di bagian memasak, cinta mereka lebih tersampaikan melalui langkah menikmati hidangan nan mereka masak dan nikmati.

Drama kuliner menjadi salah satu aliran nan tetap jarang kita temukan di movie maupun serial belakangan. Karena memang susah memproduksi drama kuliner tanpa visi nan jelas. Memang ada satu dua titel nan sukses seperti “The Menu” dan “The Bear”.

Buat fans drama kuliner dengan latar nan tenang dengan romantisme berlatar musim panas di Prancis nan hangat, “The Taste of Things” bisa jadi movie hidden gems nan sayang untuk dilewatkan.

The Taste of Things

Kisah Cinta Pecinta Makanan dengan Juru Masaknya

20 tahun menjalin kasih tanpa komitmen pernikahan, kisah cinta Eugenie dan Dodin sajikan kematangan dan kedewasaan. Berbeda dengan movie period drama Eropa pada umumnya biasanya menggiurkan dan steamy, jelas bahwa “The Taste of Things” lebih dominan dengan tema kulinernya. Cinta antara kedua karakter utama lebih dieksplorasi melalui kegemaran, cinta mereka nan lain, ialah bumi kuliner.

Film ini tak hanya membujuk kita mengecap makanan, kita juga bakal mengecap cinta, dan semangat kehidupan, terutama dari perspektif pandang Eugenie nan selalu menyampaikan rasa syukurnya bakal kehidupan. Terlepas dari realita nan mungkin bakal menghantam mereka kedepannya.

Film ini diadaptasi dari literasi berjudul “The Passion of Dodin Bouffant”, dimana tak hanya gairah bakal kuliner lantaran statusnya sebagai pecinta makanan, namun juga hasratnya pada Eugenie.

Tidak perlu dramatis dan mengumbar romantisme berlebihan, kita bisa merasakan cinta Dodin dan hasratnya untuk mempunyai Eugenie nan lebih berbudi pekerti bebas. Pada saat-saat susah seiring berkembangnya plot, kita juga bisa memandang gimana cintanya pada bumi kuliner juga ikut tawar ketika perihal jelek terjadi. Cinta dan makanan seperti tidak bisa dilepaskan dari kisah romansa antara Eugenie dan Dodin.

Kalau chemistry antara Binoche dan Magimel sudah tidak perlu diragukan lagi. Dengan profesionalisme tinggi, keduanya bisa tampil sebagai pasangan dewasa nan kasmaran. Kedua tokoh ini pernah menikah pada 1998 dan telah berpisah sejak 2003.

The Taste of Things

Penyajian Kuliner dengan Visual dan Sound Maksimal

Tantangan utama dari menciptakan movie bertema kuliner adalah presentasi visual masakannya. Tak diragukan, “The Taste of Things” sukses dalam mengeksekusi sinematografi dan sound untuk memikat penontonnya.

Menjadi tantangan bagi filmmaker-nya, membawa penonton ke dapur Eugenie hanya dengan mengandalkan indera pengelihatan dan pendengaran penonton, ketika makanan adalah tentang indera perasa. Sejak segmen pembukanya, memandang Eugenie dan Dodin berlenggang di dapur saja sudah seperti memandang cooking show favorit kita. Namun lebih sinematik, artistik, dan hangat.

Ada beberapa editing dan penyampaian perbincangan nan juga membantu penonton untuk berimajinasi bakal rasa hidangan nan kita lihat saja. Perpaduan visual dan desis-desis dalam proses memasak nan immersive nyaris sempurna untuk membikin kita bisa “mencium” aroma masakah Eugenie nan terlihat lezat. Mulai dari metode memasak, langkah karakter mendeskripsikan makanan, dan visualnya, sangat menyakinkan bahwa movie ini melibatkan ahli masak ahli sebagai konsultan mereka.

Film Prancis nan Tenang Namun Tidak Membosankan

Bagi nan familiar dengan lanskap movie drama Eropa salah satunya Prancis, mungkin sudah terbiasa dengan film-film nan terasa tenang dan lambat. Tak sedikit pula nan biasanya berhujung membosankan, namun “The Taste of Things” bukan salah satunya. Dalam lama 2 jam, mungkin movie ini bakal terasa lambat hanya lantaran kesunyian tanpa perbincangan dan musk latar.

Contohnya saja pada segmen pembuka dimana Eugenie berbareng dengan asisten dan Dodin sibuk di dapur untuk menyiapkan jamuan pada tamu-tamu Dodin. Semua karakter tampil konsentrasi dengan tugas masing-masing, tidak ada musik latar lantaran sound lebih mau memperdengarkan bunyi dapur nan immersive.

Eksekusi seperti ini juga kita temukan pada film-film Eropa terbaru, “The Zone of Interest” dan “Anatomy of a Fall”, dimana keduanya jauh dari kta membosankan. Begitu juga dengan movie drama kuliner ini, tidak bakal terasa membosankan jika kita menginvestasikan emosi pada hubungan dua karakter utamanya, serta mencintai kuliner seperti mereka.

Film ini juga tidak bisa dibilang slow pace, lantaran perkembangan plot dari babak ke babak cukup cepat, disajikan dengan alur maju nan kronologis dan tanpa segmen filler nan sunyi tanpa makna. Selalu ada nan terjadi untuk kita simak.

Selengkapnya
Sumber Review Movie Terbaru
Review Movie Terbaru